5 Tempat Wisata Terkenal Di Kalimantan Selatan
Sejarah Banjarmasin
Kota Banjarmasin adalah salah satu kota sekaligus merupakan ibu kota dari provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia.
Kota yang cukup padat ini termasuk salah satu kota besar di Indonesia,
walau luasnya yang terkecil di Kalimantan, yakni luasnya lebih kecil
daripada Jakarta Barat. Kota yang dijuluki kota seribu sungai ini
merupakan sebuah kota delta atau kota kepulauan sebab terdiri dari
sedikitnya 25 buah pulau kecil (delta) yang merupakan bagian-bagian kota
yang dipisahkan oleh sungai-sungai diantaranya Pulau Tatas, pulau Kelayan,pulau Rantauan Keliling, pulau Insan dan lain-lain. Sejak zaman dulu hingga sekarang Banjarmasin masih menjadi kota niaga dan bandar pelabuhan terpenting di pulau Kalimantan. Pelabuhan kota Banjarmasin adalah pelabuhan Trisakti yang terletak 12,5 mil dari muara sungai Barito.Pelabuhan Trisakti memiliki Terminal Petikemas Banjarmasin (TPKB) yang termasuk 10 besar terminal petikemas di Indonesia.
Secara
de jure Banjarmasin masih sebagai ibukota Kalsel, namun kantor
Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Selatan terhitung sejak tanggal
14 Agustus 2011 yang bertepatan dengan Harijadi Kalsel ke 61, telah
dipindahkan ke kecamatan Cempaka ( Bnajarbaru ) yang berdiri pada lokasi
dengan ketinggian elevasi 44 meter di atas permukaan laut serta
berjarak sekitar 60 km dari kantor lama yang berlokasi pada titik 0 km
Banjarmasin di tepi sungai Martapura. Departemen Pekerjaan Umum
menempatkan Banjarmasin sebagai salah satu kota penting dan mempersiapkan Banjarmasin beserta 4 daerah kab/kota yang menjadi satelitnya sebagai salah satu Kawasan Strategis Nasional yaitu Kawasan Perkotaan Banjarmasin, Banjarbaru, Banjar, Barito Kuala, Tanah Laut sebagai calon kota "metropolitan"generasi ketiga yang dinamakan Banjar Bakula
Di Kalimantan Selatan Terdapat beberapa tempat wisata yang terkenal beberapa contohnya sebagai berikut :
1. Pasar Terapung Muara Kuin adalah pasar terapung tradisional yang berada di atas sungai Barito di muara sungai Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.Para pedagang dan pembeli menggunakan jukung, sebutan perahu dalam bahasa Banjar. Pasar ini mulai setelah salat Subuh sampai selepas pukul tujuh pagi. Matahari terbit memantulkan cahaya di antara transaksi sayur-mayur dan hasil kebun dari kampung-kampung sepanjang aliran sungai Barito dan anak-anak sungainya.
Para pedagang wanita yang berperahu menjual hasil produksinya sendiri atau tetangganya disebut dukuh, sedangkan tangan kedua yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali disebut panyambangan. Keistemewaan pasar ini adalah masih sering terjadi transaksi barter antar para pedagang berperahu, yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk.
Kini pasar terapung Kuin dipastikan menyusul punah berganti dengan pasar darat. Banyak wisatawan yang berkunjung ke Kuin harus menelan kekecewaan karena tidak menjumpai adanya geliat eksotisme pasar di atas air.
Kepunahan pasar tradisional di daerah "seribu sungai" ini dipicu oleh
kemaruk budaya darat serta ditunjang dengan pembangunan daerah yang
selalu berorientasi kedaratan. Jalur-jalur sungai dan kanal musnah
tergantikan dengan kemudahan jalan darat. Masyarakat yang dulu banyak
memiliki jukung, sekarang telah bangga memiliki sepeda motor atau mobil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar